Minggu, 22 Maret 2015

POLITIK “BERKEDOK” BALAS DENDAM



Konflik internal dalam suatu partai layaknya ”popularitas batu akik sekarang yang lagi nge-trend”.  Banyaknya partai yang mengindap konflik internal mulai memanas pasca terpilihnya presiden Joko Widodo (Jokowi).  Pasca pemilihan presiden ini, ada bebarap partai bergelut dengan konflik internal yang sedikitnya menyita perhatian berbagai pihak. Bukan hanya para elit politik yang perhatiannya tersita, para masyarakatpun juga tersita perhatiannya. Parta-partai yang dimaksud diantaranya adalah Golkar, PAN, dan PPP. Dari ketiga partai tersebut, Partai Golkar memiliki tingkat konflik yang paling berat. Mengapa dikatakan paling berat, karena memang konflik internal golkar ini merupakan perpecahan menjadi dua kubu (kubu Agung Laksono dan kubu Aburizal Bakrie) yang masing-masing kubunya sama kuat. Sedangkan partai lain, kekuatan perpecahannya tidak sampai se-level dengan partai pohon beringin ini.
Seperti yang kita ketahui, partai pohon beringin ini memilih untuk bergabung dengan tim Koalisi Merah Putih (KMP) yang pada saat pemilihan  presiden lalu koalisi ini mengusungkan nama Prabowo-Hatta sebagai calon presiden dan wakil presiden untuk periode 2014-2019. Namun, pada saat pertarungan nama usungan dari KMP ini harus menerima kekalahan karena perolehan suara dari pasangan Prabowo-Hatta lebih rendah dibandingkan suara perolehan pasangan Jokowi-JK. Pasca resminya Jokowi menjadi presiden RI, Partai Golkar ini tetap berada di Koalisi Merah Putih yang merupakan gabungan dari Partai Golkar, Gerindra, PAN, Demokrat, dan PKS. KMP memilih berkedudukan sebagai oposisi pada masa pemerintahan Jokowi-JK.